Sabtu, 17 Desember 2016

Aleppo, apakah kita bersaudara?

Reruntuhan beton bercerita di balik hiruk-pikuk kebisuan
Hanya didengar oleh angin yang membawa debu
Setiap puing reruntuhan seolah ingin berpesan...
"Jangan sedih melihat kami,
karena orang yang seharusnya ditangisi adalah dirimu"

Yang tergeletak di balik debu adalah saudara kita bukan teman atau kenalan!

Yang bersembunyi di balik reruntuhan, menahan lapar adalah adik kita!

Yang berlari sambil ditembaki itu adalah ibu kita, orangtua kita....

Yang berdiri gagah di tengah peluru saling bersahutan adalah kakak kita

Mereka adalah bagian dari umat yang terbaik di muka bumi ini!
pantaskah?

Pantaskah seorang anak duduk manis sementara ibu nya berlari sambil ditembaki?
Pantaskah seorang kakak menyantap hidangan,
sementara adik nya bersembunyi memegang perut menahan lapar?
Pantaskah seorang adik berpaling muka dari kakaknya yang sedang mempertaruhkan kehormatan keluarganya, sementara ia tidak tau pada detik keberapa peluru bersarang di tubuhnya.


**

Dan aku teringat, dimana Ayah?
lebih baik tidak usah ditanya, ibu hanya menjawab "doakan saja surga untuk ayahmu"
Tidak ya Ummi! barangkali Abi masih hidup.
"seandainya pun masih hidup, ayahmu tidak akan pulang nak sebelum kedzaliman ini pergi"
Aku mau jumpa sama Abi ya Ummi, mereka membawa senjata sementara Abi....
"tidak nak, ayahmu membawa iman yang kuat dan membawa cintanya yang tulus untuk kita"
Ikhlaskanlah....
**
Aleppo, apakah kita bersaudara?

Tapi sayang beribu sayang
Maaf kan aku....
Maaf kan aku ibu....
mataku melihat darah di kakimu, tangis di pipi mu dan aku hanya bisa menutup mata.

Maaf kan aku ayah....
aku mendengar pesan mu untuk mejaga adik,kakak dan ibu.
Dan aku hanya berpaling menutup telinga.

Maaf kan aku dik, aku hanya bisa meninggalkanmu di reruntuhan itu...

Maaf kan aku kak, aku hanya bisa menunggu dan mendengar kapan dirimu akan syahid.

Aleppo, apakah kita bersaudara?

Aku tau
Doa dari lisanmu wahai kalian yang disana jauh lebih maqbul dari doa orang yang penuh dosa ini
Aku tau
secuil uang ini tidak akan cukup untuk kalian
Aku tau
air mata dan penyesalan ini tidak akan membantu kalian
Aku tau
kemunafikan ini tidak memadamkan rasa sakit kalian.

tapi.... izinkan aku menjadi saudara kalian

aku tau surga lebih dekat disana
tapi.... izinkan aku menjadi saudara kalian

aku tau gelar syahid banyak bertebran disana
tapi,,,, izinkanlah aku menjadi saudara kalian walau aku tak layak.

agar aku tenang dengan pertanyaan ini
 "apakah aku saudara kalian?"

jika tidak, maka pantaslah aku menangisi diriku sendiri sebelum menangisi kalian karena aku belum tau jawaban apa yang aku berikan jika keimanan ku dipertanyakan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar