Kamis, 25 Februari 2016

Ide dan Rahasia Terbesarnya

       Dari berbagai profesi, ada satu hal yang menjadi sangat essensial yaitu IDE.
Ide merupakan gagasan yang tersusun dari pikiran. Memang banyak yang sepele terhadap ide, 
akan tetapi fakta tidak akan terbantahkan. Kemajuan peradaban manusia hingga saat ini tidak terlepas dari ide-ide. Seorang arsitek mendesain bangunan yang mengaggumkan pasti menggunakan ide, penulis dengan tulisan legendarisnya, musisi dengan karyanya yang mendunia, seorang ilmuwan, koki, desainer, bahkan seorang anak jalanan juga membutuhkan ide untuk bertahan hidup.

    Jangan pernah meremahkan suatu ide. Diluar sana ada orang yang tidak pernah peka terhadap ide yang datang di pikirannya bahkan ada juga yang membunuh ide-ide tersebut. Akan tetapi disisi lain ada orang yang menjadi legendaris karena ide mereka. Seorang penulis menjadi tersohor gara-gara ide sepele seperti JK Rowling dengan karya nya yang mendunia (Harry Potter) pada dasar nya ide tersebut hanya menjadi bahan tertawaan, tetapi siapa sangka yang ditertawkan itu menggenggam imajinasi seluruh dunia. Ada juga politikus yang membantu masyarakat dengan idenya, ilmuwan yang menyumbang karya bagi peradaban bahkan orang-orang terkaya di dunia juga karena mengembangkan apa yang ada di dalam pikiran mereka.

Mereka sama-sama manusia namun cara mereka memandang ide mereka menjadi pembeda. Seperti langit dan bumi. Antara berlian dan batu kerikil.
Sebenarnya ide merupakan salah satu keistimewaan manusia , Jadi jangan pernah berpikir kalau kita tidak berbakat karena sebenarnya terlalu banyak potensi yang ada di dalam diri kita.

Panggil ide mu....

*Gimana caranya?!?!? -__- blank nih #!@!$#@%

      Setelah membahas pentingnya sebuah ide, Kita akan masuk ke part utamanya yaitu rahasia terbesar mengenai ide yang notabenenya ide itu gak bisa di panggil. Mungkin Setelah membaca ini kamu akan lebih mudah memanggil ide daripada manggil Gojek hehehe...

   Seorang penulis kesal duduk di depan laptopnya, ia hanya melamun namun belum ada ada satu tulisan pun yang muncul. Ya... idenya belum muncul... Karena kesal, ia pun menutup laptopnya dan pergi keluar untuk mencari suasana baru. Ia memikirkan tentang menulis motivasi namun langsung di bantah oleh suara di kepalanya "apaan sih motivasi mulu, terlalu berat tau... lagian pembaca itu gak sama dengan mu! paling tulisan mu hanya membuang waktu mereka" kemudian ia berpikir untuk meriew buku "ah itu lagi, gak penting amat sih lagian udah banyak yang buat begituan". Ide silih berganti namun ia juga belum menemukan ide yang tepat untuk menulis.

Tiba-tiba handphone nya bergetar, ada pemberitahuan dari whatsapp. Ada seseorang buat anouncement di grup, "Bagi yang belum melunasi tulisan harap segera di lunasi atau akan di drop out (di keluarkan dari grup)" ih apaan ni? kan horor banget -_-" nulis aja belum udah di drop out segala, gak tau apa jadwal orang lagi padat. Makan aja disingkatin apalagi harus nulis segala?! what?!?!?! kemudian ia melanjutkan membaca pengumuman di WA ".....Untuk melatih komitmen..." #nangisdarah. Ia tau komitmen itu penting namun ia telah dididik agar lebih mendahulukan hal yang urgent alias paling penting.

    Kerikil-kerikil kecil pun berlompatan di tendang oleh pemuda itu sambil bergerutu kesal.   
Ia bahkan ngomong sama kerikil tadi "mas tolong ya... jangan buat orang tertekan, ide yang tadi macet malah makin gak jalan sama sekali. Kalau pakai sistem kepepet sih bisa-bisa aja tapi ntar tulisan nya gak berkualitas tau!!! kalau memang saya mau udah saya posting besok untuk ngejar setoran: CARA MEMASAK MIE INSTAN atau cerita kucing tetangga yang mati telindas becak !!!... hufff kan gak lucu... thats not me ok?!"

Setiap sel saraf di otaknya terhubung dan dipenuhi oleh listrik *kayakdifilemfilem
ia menjadi ingat ketika ada sebuah penulis favorit nya yang sedang di tanya oleh salah seorang peserta yang menghadiri acara bedah buku tersebut. "menurut bang Tere penulis yang baik atau yang sejati itu sepeti apa sih?" oh iya by the way penulis nya ada bang Darwis alias Tere Liye. Dengan logat yang khas, bang Tere menjelaskan bahwa penulis yang sejati itu adalah penulis yang terus menulis, tidak peduli apakah orang membacanya atau tidak, menyukainya atau tidak. Ia menulis karena passion hidupnya adalah menulis, minimal untuk motivasi atau mengingatkan diri sendiri. Syukur-syukur tulisan tersebut bisa menginspirasi orang lain.

 Seperti disiram air dingin, pemuda itu sadar kalau ia telah salah haluan. Ia menulis bukan untuk memnuhi setoran yang membuatnya tertekan akan tetapi karena ia memang ingin menulis. 

ok! i'm coming ... yuuhuuuuuu

       Penulis tersebut tidak berhenti, ia terus mencari rahasia ide. Ia pergi ke seminar, membaca buku , melihat video dari youtube hingga bertemu dengan orang-orang yang sudah berpengalaman. Alhasil ia mendapatkan sebuah peta, tempat rahasia ide disimpan. Mereka yang telah mengetahui rahasia tersebut pasti telah mengunjungi tempat tersebut.

Tempat yang dituju peta itu sangat sulit karena terletak di pinggiran hutan dan daerah tersebut belum dihuni oleh masyarakat. Untuk pergi kesana di butuhkan mental kuat dan bagi yang gak ada kematangan survivornya bisa-bisa sangat berbahaya. hanya ada satu desa di dekat lokasi tersebut, dan untuk pergi ke desa tersebut harus jalaan kaki 14 km karena belum ada jalan kesana... haduuuuh bakal jadi petualangan yang luar biasa ni pikir penulis tersebut.

Tapi tidak apa-apalah demi beberapa paragraf rahasia tentang ide.
perjalanan dimulai.....
****
     Pemuda itu hampir tumbang karena hari sangat menyengat panasnya, keringat nya telah membasahi bajunya. Ia telah berjalan jauh akan tetapi itu belum setengah perjalanan belum lagi di tambah dengan tas backpacker nya yang berat. Pasti bisa serunya karena ia sadar kalau ia pingsan disini maka tidak ada yang akan menemukan nya. Ketika matahari akan tumbang di kaki langit, ia akhirnya sampai di desa tersebut.... Namun masalah belum berakhir....

Penduduk di desa mengepungnya dengan pandangan kosong, sedangkan pemuda tadi merasa kesulitan untuk berkomunikasi dan ia mulai dingin oleh rasa takut. Akhirnya kerumunan tersebut dibubarkan oleh tertua mereka. Tertua berbicara kepadanya dengan dialek yang sangat asing akan tetapi memalui kosa kata dang gerak tubuh, ia berhasil memahami tertua tersebut. Malam ini ia akan bermalam di rumah tertua desa.

Ketika ia di kamar, ia mengambil sebungkus roti lalu memakan roti coklat tersebut tanpa sisa. Kemudian ia mengambil pena dan jurnal untuk menulis kisah heroiknya dan ia mengambil senter karena belum ada lisrtik disana. Alhasil pena tersebut hanya terdampar di atas jurnal tanpa ada coretan sedikitpun.Ia tertidur karena kelelahan.

    Ia bergegas di pagi hari dengan seluruh barang bawaannya. terlihat banyak penduduk di luar tapi tidak lagi menatapinya dengan tatapan kosong. Ia harus bersegera, ia pamit kepada tertua dan mengucapkan terimakasih. Ia melempar senyum kepada penduduk dan penduduk pun tersenyum pula kepadanya. Sebelum ia berbalik badan, tertua bertanya ,hendak kemana ia pergi, "saya mau ke pinggiran hutan untuk mencari rahasia ide yang tersimpan disana". Sekarang keadaan berbalik...

    Setiap senyum dari penduduk telah pudar, mata mereka memerah dan satu orang menerkamnya hingga mereka berdua ambruk di atas tanah. "tidak !! tidak !! tidak!!! kau tidak boleh kesana, itu adalah tempat penting bagi leluhur kami, apabila hal itu sampai kepada orang yang salah maka semua dalam bahaya karena itu sumber .....". "berhenti...." titah tertua "biarkan ia pergi....". pemuda tadi mendengus kesal dan ia membisikkan kepada pemuda tersebut "Semoga mereka(ruh para leluhur) membunuh mu atau membuat mu tersesat karena itu akan lebih baik".
****
     Sekarang ia hanya menangis karena frutsrasi. Sudah tidak terhitung luka di tubuhnya, ntah berapa kali ia terpelesest atau jatuh. pakaian nya seduh penuh dengan keringat,lumpur maupun darah. Ia berteriak" kenapa untuk belajar tentang ide saja aku harus seperti ini !!!" dan ia memutuskan untuk kembali. Ia bersender kepada pohon untuk sementara dan ternyata... terdapat ukiran-ukiran yang tak ia pahamai, ia terus berjalan mengikuti setiap ukiran di pepohonan hingga ia sampai di suatu semak-semak. Ia melihat kendi dari tanah liat di dalam semak tersebut. Ia terduduk dan menangis bahagia.

   Kendi tersebut di buka olehnya dengan air mata berurai.... dan ternyata... benar! terdapat gulungan kertas yang sudah usang....
Gulungan telah terbuka dan ia menemukan sebuah kata dengan hurfu tegak bersambung "TULISLAH" dan setelah itu semua hanya kertas kosong. Sudah beberapa kali ia membalikkan kertas-kertas tersebut bahkan ia menyenter ke dalam guci untuk mencari rahasia tersebut. Ia berteriak kesal karena ia seperti di bohongi, hampir-hampir pikirannya hilang. Ia memcah guci tersebut dan terduduk sambil menangis.
TULISLAH???? ia menangis dan tertawa dan ia hampir menyobek kertas usang tersebut.

Dia tertawa sambil menangis...."betapa bodohnya aku! sebenarnya ketika aku memikirkan bagaimana cara mendapatkan ide merupakan ide itu sendiri. Sudah banyak ide yang datang namun kenapa akau tidak sadar.... sebenarnya bukan ide yang tidak ada hanya saja ego ku yang menutup semua nya... terlalu banyak ide yang datang akan tetapi aku hanya mencari kesempuranaan. ya... kesempurnaan yang tidak akan pernah ada, aku hanya menginginkan  tulisan yang sempurna hingga aku membunuh ide ku. Cara aku mencari ide merupakan masalah terbesarnya karena ide bukanlah sesuatu yang dipaksakan melainkan sesuatu yang diikhlaskan" 

    Apabila telah datang ide, maka ikatlah ia kedalam tulisanmu. Apabila ia tidak sempurnya, ya memang seharusnya ia tidak sempurna karena yang sempurna itu adalah dogmma pikiran dari seorang pembaca. Kau dapat mengeditnya atau menyempurnakannya karena ketika sudut pandang mu berubah maka kenyataan pun akan berubah.  

Akhirnya ia menemukan ide dan rahasia terbesarnya...

*****

Terimakasih telah membaca, mohon maaf sedikit kecewa karena saya mencampur genre cerita, di awalnya real kemudian saya fiksikan. saya hanya ingin menemani para pembaca karena tulisan yang baik adalah tulisan yang menemani pembaca. Semoga filosofi cerita di atas bermanfaat.

Saya teringat dengan tulisan seorang fighter di awal 30DWC

Jangan sakiti hati seorang penulis atau kau akan abadi dalam tulisannya....

Tapi saat ini untuk saya sedang tidak sedih :) saya bahagia karena menemukan filosofi baru... terima kasih untuk semua... 

mengecewakan seorang penulis bisa jadi berbahaya karena bisa jadi kau akan abadi dalam tulisannya atau membuatnya bahagia, kau juga bisa terbingkai dalam karya nya karena bisa jadi kau adalah ide yang dicari penulis di hutan terlarang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar